Dalam sebuah kisah, diceritakan bahwa dahulu ada seorang bijak yang tengah ditimpa musibah. Kemudian sahabat-sahabatnya datang hendak menghiburnya. Namun dalam penderitaannya, sang bijak tetap tersenyum. Ia pun berkata kepada para sahabatnya “aku telah menyediakan obat untuk kesulitanku, yang aku ramu dari enam bahan baku.” Para sahabat kemudian bertanya “apa saja keenam bahan baku itu?” sang bijak pun menjawab “pertama, miliki keyakinan yang kuat kepada Allah. Kedua, berserah diri pada ketetapan yang pasti yang akan terjadi. Ketiga, kesabaran yang tidak ada duanya, yang dapat memberikan efek positif kepada orang yang sedang ditimpa musibah. Keempat, keimanan yang tidak tergoyahkan untuk melakukan hal-hal yang telah aku sebutkan. Sebab tanpa menunjukan daya tahan dan kesabaran, apa yang bias aku selesaikan? Kelima, bertanya kepada diriku sendiri: mengapa aku harus menjadi pelaku bagi kehancuran diriku sendiri? Yang keenam, meyakini bahwa dari satu jam ke jam berikutnya, keadaan selalu berubah dan kesulitan pun akan hilang.”
Maha suci Allah, orang bijak ini mampu mengobati dirinya sendiri sebelum datang orang lain yang menawarkan pengobatan kepadanya. Ia mampu tersenyum sebelum datang sahabat-sahabatnya untuk menghiburnya. Karena dia telah menemukan kebahagiaan bersama Tuhannya. Maka dia tidak lagi butuh dibahagiakan oleh orang lain…
(source: tarbawi)
Maha suci Allah, orang bijak ini mampu mengobati dirinya sendiri sebelum datang orang lain yang menawarkan pengobatan kepadanya. Ia mampu tersenyum sebelum datang sahabat-sahabatnya untuk menghiburnya. Karena dia telah menemukan kebahagiaan bersama Tuhannya. Maka dia tidak lagi butuh dibahagiakan oleh orang lain…
(source: tarbawi)