Sabtu, 20 April 2013

Belajar dari Sumpah Dokter

Bagi seorang dokter umum, prosesi sumpahan memang berasa "woow". Bagaimana tidak, seumur hidup cuma sekali. 

Dari beberapa point isi sumpah, ada satu point yang cukup menarik..


Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya sendiri ingin diperlakukan

nah, pas sebelum direvisi, pada Lafal Sumpah Dokter yang tertuang pada PP no 26 tahun 1960, point tersebut bunyinya begini:


Teman-sejawat saya akan saya perlakukan sebagai saudara kandung


apa menariknya?
mari kita telaah,, *bahasanya,, ampun ya*

anda punya sahabat? karib? bermakna sekali bukan. Mereka yang awalnya bukan siapa-siapa, lantas seiring waktu dan perjalanan hidup menjadi serupa saudara. saling menguatkan, saling mengingatkan, saling dukung, dan berbagai hal positif lainnya.

saat anda melakukan suatu kealpaan, anda mungkin tidak sengaja, dan orang lain mungkin segan memberitahu, tapi sahabat anda akan datang, meluruskan apa yang tidak pas.
juga saat anda menemui kesulitan, mungkin anda akan sungkan meminta pertolongan. tapi dengan sahabat, anda merasa lebih lapang, tidak kikuk saat minta bantuan.

begitulah, terhadap tiap sejawat semestinya serasa sahabat, seolah saudara.

saya jadi berandai-andai,,
mungkin saat itu, para perumus sudah melihat potensi-potensi 'kres' diantara para pengguna jas putih ini. makanya untuk mengingatkan perlu dimasukkan dalam sumpah. dan kenyataannya memang ada, *ada lho ya,, maksudnya segelintir saja* mungkin karena saingan, atau entah mungkin terlatarbelakangi oleh motif tertentu, sesama teman sejawat jadi saling kurang akur,,

terus bila dirunut lagi,, 
sumpah hipokrates, yang jadi dasar sumpah dokter, ternyata lafalnya begini:


I swear by Apollo Physician and Asclepius and Hygieia and Panaceia and all the gods and goddesses, making them my witnesses, that I fulfil according to my ability and judgement this oath and this covenant.


To hold him who has taught me this art as equal to my parents and to live my life in partnership with him, and if he is in need of money to give him a share of mine, and to regard his offspring as equal to my brothers in male lineage and to teach them this art-if they desire to learn it-without fee and covenant; to give a share of precepts and oral instruction and all the other learning of my sons and to the sons of him who instructed me and to pupils who have signed the covenant and have taken an oath according to medical law, but to no one else.

I will use treatment to help the sick according to my ability and judgment, but never with a view to injury and wrongdoing. neither will I administer a poison to anybody when asked to do so, not will I suggest such a course.

Similarly I will not give to a woman a pessary to cause an abortion. But I will keep pure and holy both my life and my art. I will not use the knife, not even, verily, on sufferers from stone, but I will give place to such as are craftsmen therein.

Into whatsoever houses I enter, I will enter to help the sick, and I will abstain from all intentional wrongdoing and harm, especially from abusing the bodies of man or woman, slave or free.

And whatsoever I shall see or hear in the course of my profession, as well as outside my profession in my intercourse with men, if it be what should not be published abroad, I will never divulge, holding such things to be holy secrets.

Now if I carry out this oath, and break it not, may I gain for ever reputation among all men for my life and for my art; but if I transgress it and forswear myself, may the opposite befall me.



Ga ada kan point tentang 'harmoni sesama sejawat'. mungkin masa itu semua bisa saling seirama, saling menghormati, jadi nggak perlu disebut saat sumpah *sekedar analisa liar saya lho ya,, :)*

lantas sepanjang ini intinya apa?

yuk, sesama dokter Indonesia kita sama merapat,, utamakan berprasangka baik,, mari kita saling dukung, saling mendoakan,,, seperti apa yang dulutelah kita ucapkan saat sumpah,,


_______


sejawat adalah saudara, perlakukanlah ia sebagaimana anda ingin diperlakukan

2 komentar:

  1. setuju mb ari,,dan seringakali ga sadar kalau kita udah disumpah dengan lafal sumpah yang begitu berat ya. tapi aku juga belum ngerasain kerja si, jadi belum kerasa bgt kali ya :)

    BalasHapus
  2. @khusnul: iya dek,, berat,,
    jadi inget, kalo kata temen, dalam hidup prosesi sakral yang kita lakoni selain akad nikah tu ya sumpahan,, :)

    BalasHapus