Minggu, 20 Februari 2011

Ponakan kritis

Bagi orang Jawa, sudah jadi tradisi untuk saling mengirim hantaran, terutama saat ada yang punya hajat. Dan masih serangkaian dengan acara aqiqah keponakan ke-8, aku pun mendapat jatah tugas mengirim hantaran ke tetangga maupun ke saudara. Dan seperti biasa pula, keponakan-keponakanku selalu heboh kala ada orang hendak keluar rumah, kompak ber-koor “Tante,, aku ikut….” Maka jadilah kami berangkat serombongan.

Perjalanan yang seru ternyata, sebagai yang paling tua dari seluruh rombongan otomatis tugas pengawasan ada padaku “ayo awas jalannya di pinggir ya,,,” “awas ada motor..” “ayo anak-anak menepi” begitulah kira-kira kalimat pengingat yang sering aku luncurkan. Saat membelok dan beralih haluan tiba-tiba salah satu keponakanku spontan berteriak “tante,, bukannya kita itu harusnya lewat jalan yang disebelah kiri ya? Ini kok kita pake yang sebelah kanan..” Oops,, kritis juga nih adek,, oke, kami pun segera mengkoreksi, memakai lajur paling kiri.

Saat sampai di rumah salah sau saudaraku, segera kuucap salam sembari mengetuk pintu “ Kula nuwun..” sapaan khas jawa, khusus untuk bertamu. Tanpa disangka, mas Bintang, keponakanku yang lain langsung nyeletuk “ lha kok ga pake Assalamualaykum to Tante…” Oops,, you were right boy,,, nah yang kecil-kecil begini nih emang harus dibiasakan…

Wah, bener-bener thank you banget buat adek-adekku, simply, you remind me some fundamental things… semoga kalian terus tumbuh bersama kekritisan serta keberanian untuk mengingatkan orang lain,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar