Selasa, 19 November 2013

Kontradiksi Dunia Kedokteran

Jaman saya kecil, ada artis yang khas banget, seorang kakak cantik yang selalu tampil dengan kesan begitu dewasa dan momong anak-anak, yang kemana-mana selalu ditemani boneka mungilnya, siapa lagi kalau bukan Kak Ria Enes dan si imut Susan.

Waktu itu dia punya lagu, baris awalnya kira-kira begini:



Susan,, Susan,, Susan,, Besok gede mau jadi apa?
Aku kepengen pinter biar jadi dokter
....


Kalau kalian lahir era 80-an, mestinya masih inget dengan lagu ini kan ya?

Di jaman itu, profesi dokter sangat dihargai. Seorang dokter, selain dianggap sebagai penolong, juga pemberi harapan, dokter dinilai punya status sosial lebih di dalam kehidupan bermasyarakat serta dipercaya punya banyak kelebihan, salah satunya seperti yang susan sebutkan "pinter". Pertimbangan dokter begitu diperhatikan, bahkan untuk pengambilan keputusan yang ga ada kaitannya dengan kesehatan sekali pun. Di desa-desa terutama, saat mau membangun fasilitas desa, tak jarang pak/bu dokter yang lagi menjalani masa bakti diajak urun rembug..

Sekarang jaman sudah bergeser,, begitu jauh...

Jumlah dokter sekarang jauh lebih banyak ketimbang jaman dulu...
perkembangan ilmu kedokteran begitu cepat..
fasilitas penunjang kesehatan makin lengkap dan makin canggih,,

Namun bukan berarti kepercaan pada dokter makin meningkat, malah justru kecurigaan pada dokter yang kini jadi berlebihan. Tiap tindakan dokter selalu dipertanyakan, padanya seolah berlaku asas praduga bersalah. 

Ancaman cap "mal praktek" jadi momok tersendiri bagi para dokter, dan cacian maupun makian makin kerap terlontar. Tidak nyaman dan tidak aman, terkadang membuat praktek terasa begitu berat. Padahal resiko dan tanggung jawab yang melekat tiada sedikitpun berubah,,

Disisi lain, saat profesi lain terdapat kebijakan remunerisasi, atau lain lagi berdemo minta kenaikan upah, bagi dokter pembicaraan seputar penghasilan adalah seperti hal tabu,,

Pun begitu drastisnya perubahan, pun begitu kerasnya hujatan-hujatan dilontarkan, namun kenapa jumlah peminat kedokteran tidak surut?

lihat saja para pelajar sma,, begitu antusias mereka berebut kursi fk, bahkan dengan perbandingan 1: sekian ribu pun, bahkan ada yang rela mengulang dua atau tiga kali, mencoba menembus pintu masuk kedokteran,,

atau yang baru kemarin kita saksikan bersama, adik-adik dengan nilai UAN SMA teratas di negeri ini, saat ditanya cita-cita, tanpa ragu dijawab : dokter.

 sekarang  coba tanyakan, ada berapa orangtua yang berharap anaknya jadi dokter. pun bila si anak sama sekali tidak mau tak jarang yang memaksakan kehendak,,

atau coba hitung, berapa fk baru yang bermunculan?
meski ada fk yang mematok tinggi "harga masuk" tetap saja peminatnya bejibun,,,

Tanya kenapa???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar