Rabu, 30 Desember 2009

cari ide kreasi liburan



bola coklat...

dapet resep dari blog reseppraktis,, hm,,, kanyaknya boleh dicoba nih,,,

Hancurkan biskuit marie di dalam wadah sampai jadi remah-remah --- Campur dengan susu kental manis sampai adonan bisa dibentuk seperti bola (ukuran sesuai selera) --- Gulungkan di piring ceper yang berisi meyses --- Masukan ke dalam kulkas agar meyses tidak mudah lepas


buah lapis coklat


tusuk isang atau strawberry dengan tusukan sate dan celupkan ke dalam cokelat, angkat lumuri dengan cokelat warna-warni, angkat dan simpan dalam lemari pendingin---Setelah cokelat mengeras sajikan.


hm,, nampaknya coklat praline juga boleh dicoba,,, :)


bentar lagi liburan,,,
mbak fania juga masih liburan semester,,
pengen bikin kreasi bareng adek kecil, biar liburannya lebih berkesan,,, :)

senangnya main di pantai







senangnya main di pantai,,,,
dedek kecil nisrina pun ga takut nyemplung di air,,,

hm,, rindu bermain-main lagi,,,,

Sabtu, 12 Desember 2009



Aku belajar, mempelajari ilmu yang tidak sempurna, secara tidak sempurna pula...
Kumpulan proses, aksi-reaksi, dan hubungan sebab akibat yang begitu kompleks, rumit meski dijelaskan dengan berbagai penyederhanaan. Padahal hanya secara parsial, dan hanya sedikit bagian saja. Maka aku menjadi terkesima akan penciptaan dan kuasa Nya.

Aku belajar, mempelajari ilmu yang tidak sempurna, secara tidak sempurna pula...
Pikiranku serasa tidak sampai untuk memahami setiap penjelasan. Logikaku serasa tidak sanggup untuk merangkai setiap keterangan. Belum lagi rasa yang rentan akan keengganan, dan hati yang tak bersih dari kemalasan. Maka aku menjadi khawatir akankah kucapai kemaknaan?

Aku belajar, mempelajari ilmu yang tidak sempurna, secara tidak sempurna pula...
Aku mendengar bahwa orang menaruh harapan, aku membaca bahwa orang menaruh kepercayaan. Terangkai dalam kepasrahan. Meski nilai semakin pudar, berganti pada kecurigaan. Maka aku menjadi takut membayangkan hari depan, bagaimanakah menyaring beragam pertimbangan?

Aku belajar, mempelajari ilmu yang tidak sempurna, secara tidak sempurna pula...
Maka aku menjadi khawatir bilakah tercapai kualitas? kebaikan dan kesanggupan memilah keputusan, Kebenaran dan kelembutan memberi jawaban, serta ketepatan dan ketulusan dalam tindakan. Tidaklah mudah menggapainya, tapi aku tahu, tidak ada hal yg tidak mungkin...

Aku belajar, mempelajari ilmu yang tidak sempurna, secara tidak sempurna pula...
Maka aku dapati tugasku kini mengumpulkan sebanyak-banyak bekal, serakan-serakan pemahaman untuk dirangkai dalam kemaknaan. Pencapaian akan setara dengan besaran usaha. Dan hanya dengan ijinNYA segala batasan dapat terlampaui.

Aku belajar,, Bahwa rangkuman ilmu didapat tidak berbatas waktu, tidak pula terkurung ruang.
Aku belajar,, Bahwa hanya Dia-lah yang maha sempurna, tak ada satu pun makhluk yang sempurna, dan aku pun menyadari bahwa tidak perlu kesempurnaan untuk belajar..

Aku belajar, mempelajari ilmu yang tidak sempurna, secara tidak sempurna pula...

::: ya Rabb, mudahkanlah kami memahami, mengerti, dan mencari ilmu. Jadikan kami hamba yang tunduk, semakin terraih pemahaman maka biarkanlah semakin larut kami dalam penghambaan padaMu.
Sampaikanlah kami pada keridhoan dan barokah Mu.
Ijinkanlah ya rabb :::


Aku belajar, mempelajari ilmu yang tidak sempurna, secara tidak sempurna pula...

agar bisa memberi hanya yang terbaik

Miris rasanya saat melihat seorang penumpang kereta yang karena merubah tujuan akhir perjalanannya, membayarkan selisih tarif dengan harga tiket yang dibeli, pada petugas di atas kereta. Bukan diberi tanda bayar pengganti tiket, malah petugas langsung pergi dengan mengantongi uang tersebut.

Dalam hati aku mencoba berkhusnudzon, mungkin saja petugas itu mau cepat-cepat lapor pada kondektur. Dan berharap semoga uang yang nilai rupiahny sedikit itu mempunyai 'nilai' lebih berupa kesadaran, kejujuran, dan kerelaan yang kini sudah mulai mahal.

Tapi tak dapat kupungkiri, setelah sekian waktu petugas itu tak juga kembali membawa bukti pembayaran, pikiran negatif urun meramaikan otakku. Betapa menggemaskan bila kenyataannya uang tadi benar-benar masuk kantong pribadi.

Seandainya dibawa pulang dan dibelanjakan untuk memberi makan keluarganya bukankah itu menjadi suatu kesalahan? Makanan setelah melalui proses pencernaan akan diserap pada vili usus halus kemudian dibawa oleh darah menuju hati sebelum diedarkan ke seluruh tubuh. Padahal hati adalah raja, yang mempengaruhi baik-buruk seseorang. Sehingga agar menjadi baik, harus diperhatikan betul makanan kita. Tidak cukup syarat makro dan mikronutrien kandungannya saja, tapi asal dan sumber perolehan juga menjadi poin yang tak boleh luput. Termasuk dari mana dan bagaimana mendapatkan alat tukarnya, semua harus jelas baik.

Pun bila tidak untuk makan, uang tentu akan dibelikan barang. Entah dipakai sendiri atau diberikan pada orang lain. Nah, bukankah lebih mantap dan lebih puas bila bisa memiliki atau memberi yang asalnya dari jerih payah usaha sendiri?

Sama halnya dengan apa yang kita lakukan saat ini, pada masa-masa kita belajar. Kebanyakan orang meyakini, kuliah merupakan modal kerja. Bahkan biayanya dihitung sebagai investasi. Kalau demikian berarti ketidak baikan dalam proses belajar kita berarti ketidak baikan pula dalam harta yang kita peroleh saat bekerja nanti.

Maka ke'lurusan' selama belajar pun mestinya dihitung juga. Karena bagaimana mungkin kita bisa mendapat keuntungan (= penghasilan) yang baik bila modal awalnya saja kurang sip? Maka, sekarang kita harus lebih jeli. Segala yang kita lakukan mesti lebih hati-hati, dan secara jujur terus menjawab pertanyaan evaluasi 'sudah benarkah' kelakuan kita? Supaya terus terjaga 'bersih' langkah-langkah kita, sehingga kelak bisa memberi dan memiliki hanya dari yang terbaik.