Jumat, 31 Oktober 2014

Optimalisasi PHBS dalam rangka Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Indonesia

Indonesia, negeri dengan cakupan wilayah mencapai 1.904.569 KM2 meliputi 17.508 pulau dengan total luas daratan 1.811.569km2 dan luas perairan 93.000 km2 (1) serta dengan keragaman keadaan topografinya menjadi tantangan tersendiri dalam pemerataan pembangunan. Dari total 412 kabupaten di Indonesia (2) terdapat 183 kabupaten yang termasuk dalam katagori daerah tertinggal (3). Sejumlah 152 kabupaten diantaranya memiliki Index Pembangunan Manusia (IPM) serta Angka Harapan Hidup (AHH) dibawah rerata nasional dan masih jauh dari sasaran pencapaian tahun 2014 (4).
Peta Persebaran Daerah Tertinggal
Sumber: perdesaansehat.or.id

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan.  Dalam Millenium Development Goals (MDGs) terdapat beberapa poin terkait masalah kesehatan, meliputi: prevalensi balita dengan berat badan rendah; angka kematian balita; angka kematian bayi; angka kematian ibu; persalinan ditangani tenaga kesehatan; cakupan imunisasi balita; pencegahan HIV, malaria, dan penyakit lain; cakupan air bersih; serta sanitasi lingkungan (5). Pencapaian MDGs yang  masih kurang memuaskan memcerminkan banyaknya permasalahan kesehatan di Indonesia. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan kualitas kesehatan melalui perubahan paradigma kesehatan dari upaya kuratif – rehabilitatif ke upaya promotif – preventif (6).

Diantara program yang mengacu pada upaya promotif-preventif yakni  penggiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang menjadi salah satu fokus Departemen Kesehatan. Dimana PHBS mengarah pada perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (7).  Dengan PHBS diharapkan beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan akan berkurang (8).

Disisi lain, Kementrian pembangunan daerah Tertinggal  melalui kebijakan Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan di Daerah tertinggal, mengembangkan program Perdesaan sehat (PS). Pengembangan PS bertumpu pada 5 pilar, meliputi: Dokter Puskesmas, Bidan Desa, Air bersih, sanitasi, dan Gizi (9).

Pilar Perdesaan Sehat
sumber: perdesaansehat.or.id


Dengan mensinergikan kedua program tersebut diharapkan percepatan pembangunan kualitas kesehatan di daerah tertinggal dapat segera ter-realisasi. Dokter Puskesmas dan Bidan Desa memiliki peranan yang sangat besar. Selain sebagai penyedia layanan kesehatan primer, dokter dan bidan merupakan penggerak sekaligus penyuluh kesehatan, yang keberadaannya sangat dibutuhkan dalam membentuk pola pemikiran masyarakat sesuai PHBS. Artinya, diperlukan upaya pemerataan persebaran tenaga kesehatan (Nakes) , terutama dokter dan bidan, baik melalui program PTT, internship, maupun program lain. Dengan demikian diharapkan kedepannya tidak ada lagi daerah-daerah, terkhusus yang termasuk katagori tertinggal, yang mengalami kekosongan Nakes.

Dipihak lain, upaya peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan dengan penyediaan air bersih dan sanitasi bagi setiap rumah tangga, serta gizi seimbang juga harus terus dilakukan.  Pengetahuan maupun kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sarana terkait air bersih serta pengelolaan limbah harus ditingkatkan. Pemberdayaan masyarakat juga dapat dilakukan misalnya melalui pemanfaatan pekarangan untuk peternakan dan kebun sayur sederhana, sebagai sumber gizi keluarga. 

10 indikator PHBS
sumber: http://puskesmasmuaramuntai.wordpress.com

Apabila kelima pilar yang dikembangkan melalui 2 straegi PS diatas dapat ditegakkan, niscaya 10 indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga dapat tercapai. sepuluh indikator tersebut meliputi : Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; memberi bayi ASI eksklusif; menimbang bayi dan balita; mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; menggunakan air bersih; menggunakan jamban sehat; memberantas jentik di rumah; makan sayur dan buah setiap hari; melakukan aktivitas fisik setiap hari; serta  tidak merokok di dalam rumah, .

Dengan demikian, suksesnya PHBS secara langsung  akan berdampak pada perbaikan kualitas kesehatan di Indonesia. Hal ini tentu akan berimbas pada peningkatan IPM serta ketercapaian MDGs, sehingga Visi pembangunan nasional 2005-2025 yakni Indonesia yang mandiri, maju, dan makmur dapat tercapai.









Sumber Informasi:


(2). Daftar jumlah provinsi, kabupaten, dan kota se-Indonesia. http://otda.kemendagri.go.id/index.php/data-otda/data-provkabkota



(5). Milenium development goals Monitoring. http://www.unicef.org/statistics/index_24304.html

(6). Upaya peningkatan kesehatan masyarakat. http://ilmukesmas.com/upaya-peningkatan-kesehatan-masyarakat/

(7). Perilaku Hidup Bersih Sehat. http://promkes.depkes.go.id/?page_id=1704



Kamis, 30 Oktober 2014

Ujian Keyakinan

Gambar ini saya culik (dengan izin) dari profil BBM adik kelas saya. Ada sentilan kali pertama saya membacanya. Pas benar dengan kecamuk rasa yang sedang saya alami.

Serasa kembali diingatkan.



Adakalanya saya merasa kecewa, saat apa yang saya inginkan gagal menjadi pencapaian, juga harapan yang belum menjadi kenyataan. Ada sedih yang turut menghampiri.

Ah, saya kembali tersentil. Kadang dengan mudahnya pemahaman, bahwa tidak mungkin tiap kejadian yang saya alami lepas dari pengaturanNya, menguap karena kecewa. Juga keyakinan, bahwa setiap rencanaNya pastilah yang terbaik untuk kita, terkadang turut memudar.

Maka tak berlebihan kiranya, tulisan saya di wall fb beberapa waktu lalu: 

Boleh jadi apa yang kita harapkan memang bukan 'yang terbaik untuk kita menurutNya' karena hanya Dia tahu tentang esok, dan hanya Dia yang paling tahu apa-apa yang terbaik untuk kita.

Selasa, 28 Oktober 2014

Belajar dari "Chef"

Kali pertama diajak nonton "Chef", saya kira bakalan ketemu dengan lomba-lomba macam 'Master Chef', 'Top Chef', 'Like a Chef' atau acara masak-masak seperti 'Makan Besar' maupun acara barunya Chef Juna. Ternyata saya salah besar. "Ini judul film dek", kata suami saya. Mendadak pikiran saya malah melompat pada tikus kecil fans nya Gustav dalam kisah animasi Rattatoulie. Dan,, tetot lagi-lagi saya salah.

Ternyata "Chef" merupakan drama komedi yang mengisahkan seorang Carl Casper, chef kepala sebuah restoran terkenal yang kehilangan pekerjaannya kemudian mencoba usahanya sendiri diatas 'food truck'. Jalan ceritanya terasa dekat dengan kehidupan harian kita, diantaranya dalam adegan dimana Carl bersitegang dengan pemilik restoran. Tulisan pedas seorang food blogger sekaligus kritikus makanan mebuat carl tertantang menyajikan menu baru kreasinya. Namun apadaya, pemilik restoran kukuh pada pendiriannya: menu tidak boleh berubah sedikitpun. Lantas bagaimana sikap Carl? Daripada penasaran.. tonton sendiri ya film nya... :) oia, selain tentang pekerjaan, film ini dibumbui juga lho dengan konflik keluarga.

Nah, dari film "Chef" ini saya mendapat beberapa pelajaran:

1. Setinggi-tingginya posisimu saat bekerja di tempat orang lain tetap saja kamu 'buruh', sebaliknya serendah apapun kalau itu usaha yang kau rintis sendiri kamu lah 'bos' nya.

2. Beranilah mengambil resiko.. keluarlah dari tempat yang keliatannya seperti comfort zone, yang sebenarnya belum tentu benar-benar membuatmu nyaman.

3. Jadilah kreatif, karena kadang kala kreatifitas itulah yang membuatmu 'survive'

4. Melek teknologi. Manfaatkan perkembangan teknologi untuk hal positif, salah satunya untuk marketing seperti yang dilakukan Percy (anak Carl)

5. Perbaikilah hubungan dengan anak, dan percayalah banyak keajaiban yang akan terjadi dalam hidup.

6. Dan seterusnya monggo yang udah nonton,,  diambil pelajaran sendiri dan silakan ditambahkan.. ;)

Minggu, 26 Oktober 2014

Manisan Putih Semangka

Salah satu buah kesukaan suami adalah semangka. Kesegarannya cukup untuk mengusir dahaga setelah seharian beraktifitas. Kadar air nya yang tinggi memang cocok untuk merehidrasi tubuh. Selain itu, dalam buah semangka banyak kandungan vitamin, mineral juga licopene. Disisi lain, kita acapkali memandang sebelah mata bagian kulit semangka. Padahal disana masih terdapat vitamin, serat pangan, bahkan ditemukan citrulline suatu jenis antioksidan dalam jumlah besar.

Setelah mengetahuinya rasanya sayang sekali untuk membuang begitu saja si 'putih semangka' ini. Terkadang saat "sadar" kami berusaha memakan bagian putih bersamaan dengan daging buah. Rasanya "anyep" (semacam tawar), sehingga kami merasa mustahil menyapu bersih bagian kulit tersebut.

Saya jadi berfikir, "Ini kulit semangka bisa diapain ya?"

Pernah saya mencoba membuatnya menjadi selai. Tapi saya tidak puas. Tidak ada aroma khusus membuat selai terasa hambar. Sekedar manis dari gula saja. Saya dengar di beberapa negara kulit semangka dimanfaatkan untuk membuat acar dan manisan.

Saya akhirnya menemukan tulisan mb Endang: Manisan Kulit Semangka - Daur Ulang Yuk! Semangat saya langsung menggelora *halah* untuk segera mengeksekusi resep beliau.

Berikut resepnya:

Bahan:

- 700 gram - 1 kg kulit semangka yang sudah dibersihkan
- 300 ml air untuk merebus
- 500 - 700 gram gula pasir
- 1/2 sendok teh garam
- parutan kulit jeruk lemon dari 1 butir jeruk (optional)
- 2 buah jeruk lemon, ambil airnya ( optional) atau bisa diganti dengan air jeruk nipis
- 1/2 sendok teh vanili bubuk

Cara membuat: *saya resume berdasar resep asli

-Bersihkan kulit semangka dari sisa.daging buah serta dari kulit luar, sehingga hanya tersisa bagian putih nya saja. Potong-potong ukuran 2x2cm. Kemudian cuci bersih.
- masukan putih semangka ke dalam panci, rebus dengan sedikit air hanya hingga putih semangka cukup empuk (mudah ditusuk dengan garpu)
-masukkan gula, garam, dan parutan kulit lemon. Aduk rata.
- masak dengan api kecil dan panci dalam keadaan tertutup hingga air mengental dan  surut (hampir habis) serta putih semangka berubah menjadi transparan menyerupai jelli.
- tambahkan air jeruk lemon dan vanili. Aduk rata. Angkat.

Nah cukup simple kan stepnya.

Bagian yang cukup berat dari pembuatan manisan ini yakni saat memisahkan putih semangka dari kulit luarnya yang keras. Cukup menguras tenaga :D

Jumat, 24 Oktober 2014

Ada Apa di 24 Oktober?

Ada yang tahu hari ini hari apa?

Hari Jumat

H-1 dari 1 Muharram

Iya, keduanya bener,, tapi ada satu lagi,,

Hari ini, 24 Oktober adalah Hari Dokter,,

Tidak seterkenal Hari Buruh yang kemudian dijadikan hari libur nasional mulai tahun ini. Tidak selegendaris Hari Guru, juga tidak segegap Hari TNI.

Mungkin saya pribadi yang kudet, dan kuper, atau mungkin profesi dokter yang dekat bahkan lekat dengan "pengabdian", sehingga bukan keriuhan di hari peringatannya, tapi justru lebih dekat pada pengingatan.

Selamat Hari Dokter Sejawat,,  
Semoga Allah memberkahi tiap peluh yang tercucur, tiap menit yang tercurah untuk kepentingan sesama,,

sumber: tartverkstan.com

Kamis, 23 Oktober 2014

Mahalnya Biaya Listrik

Ngobrol ngalor-ngidul seputar berbagai kejadian yang dilalui masing-masing dari kami cukup menjadi pelepas  penat setelah beraktifitas seharian. Apa saja bisa kami perbincangkan. Dari issue politik, berita regulasi, pertukangan dan bangunan, sampai kenaikan hargai cabai di pasar pun bisa jadi pembicaraan hangat. Sore kemarin sembari menikmati santap sore di temaram senja alias gegara mati lampu A.K.A listrik padam (cerita ada disini) , pak suami jadi bercerita mengenai genset berkapasitas 1 megawatt yang berada di kantornya.


Pak suami (P) : Dek, tahu nggak, buat ngidupin tu genset butuh berapa liter ?
Saya (s)           hah? Apa? Hm,, emang berapa?
P             : itu, berapa liter solar yang dibutuhkan buat nyalain genset yang di kantor? Coba tebak!
S              : berapa ya? Kayaknya banyak,, 100 liter?
P             : salah
S              : ooh,, kebanyakan ya *polos (jujur saya enggak tahu, bener-bener tebakan ngasal tadi itu)
P             : jadi, untuk mengoperasikan sebuah genset berkapasitas 1megawatt dalam kurun waktu 24 jam dibutuhkan solar sebanyak 10.000 liter dek. Luar biasa banyak kan? Perubahan energi dari solar tadi menjadi energi listrik kira-kira sebesar 30% saja dek.
S              : *manggut-mangut (serius banget sih ini suamiku ini)
S              : selebihnya jadi energi panas ya (dan jadi bunyi juga kan ya?) kalo cuma 30% efisiensinya kenapa ga ngembangin dari gas ya? Kan kita punya banyak to gas alam, apa sukur-sukur pake Biogas gitu energi yang terbarukan..
P             : sampai saat ini sih yang dinilai paling efisien tetap bahan dari fossil sih dek.. eh ngomong-ngomong,, agak melenceng ya,, jangan salah lho ya,, kita memang punya gas alam, tapi beda lho sama gas yang dipake di rumah. Yang di rumah itu LPG, negara kita import besar-besaran dek..
sumber: en.tempo.co
Sejenak pembicaraan listrik teralihkan. Terselang bermacam aktifitas.

Ternyata durasi pemadaman kali ini cukup panjang. Awalnya kami kira karena ada proyek pelebaran jalan yang melibatkan penggeseran tiang listrik dan telpon. Tapi ternyata bukan, muncul BC tentang gangguan yang menyebabkan padamnya 32 gardu induk. Tetiba obrolan sore tadi pun berlanjut
S: “Mas, inget salah satu adegan di film masha and the bear? Yang masha rebutan mulu sama anak panda, trus terakhir lari-larian yang akhirnya malah jadi nyalain listrik se kota itu lho..
P: oh,, iya,, yang di turbin itu ya
S: asyik kali ya kalo kita punya kayak gitu,, bisa sekalian olahraga..
P: capek banget lah dek,,
S: eh, mas tadi yang tentang genset. Misal ya lost energi untuk transmisi listrik (selama distribusi)  tidak kita perhitungkan, satu genset yang mas ceritain tadi bisa buat ngapain apa aja? Buat nyalain apa gitu?
P: oh, itu kan gensetnya kapasitas 1MW, ya kalo buat nyalain rumah yang pake 900watt ya bisa buat nyalain sekitar  1.111 rumah dek.
S:  banyak juga ya,, eh tadi mas bilang 24 jam butuh 10.000 liter ya? Berarti 1 rumah itu per 24 jam butuh  sekitar 9 liter solar dunk..  solar sekarang berapa? 5500 ya? Wa berarti  mahal juga ya..
P: nah itu lah,,
S: @-@

Selasa, 21 Oktober 2014

Cerita sore: 3 Jam Tanpa Listrik

sumber: en.tempo.co

Tengah menikmati santapan sore dan tetiba mati lampu itu rasanya sesuatu. Masih beruntung tempat makan yang kami pilih semi outdor, sehingga acara makan tidak terselang oleh gelap. Bahkan akhirnya kami bisa melahap sajian sembari bercakap dan menikmati potongan cahaya senja.

Padahal hari ini adalah hari pelantikan presiden baru, hari pertama kok dihadiahi mati lampu ya..  

15 menit berselang, pegawai rumah makan belum berhasil menyalakan genset. Kebetulan juga hidangan telah habis disantap. Kami pun memutuskan pulang. Ternyata listrik di perumahan pun padam.

30 menit, masih gelap.  Alhamdulillah pak suami sudah mempersiapkan emergency lamp. Cukup untuk menerangi seisi rumah kontrakan.


60 menit berselang, listrik masih padam. Banyak notifikasi yang terlewat. Grup WA ramai dengan perbincangan ‘Oi, tempat kalian mati lampu ga?’ Juga  pertanyaan ‘No telp un
tuk lapor dan komplain PLN tu berapa ya?’ kemudian muncul  BC yang dipercaya bersumber dari FB PLN, intinya mengabarkan adanya gangguan IBT trafo di Ungaran yang menyebabkan 32 gardu induk padam. WOW,,


90 menit dan listrik masih padam. Jadi kepikiran ibu-ibu mesti mulai panik. Yang punya debay mungkin sedari tadi sibuk demi keselamatan stok ASIP. Yang punya balita pun mungkin tengah sibuk menenangkan anak-anaknya yang kegerahan.


sumber: goodreads
120 menit berlalu, dan masih padam. Jadi teringat, semasa SMA pernah membaca buku-buku karya pak DIS, belum semua tuntas dibaca memang, tapi diantaranya yang paling berkesan adalah Dua Tangis dan Ribuan Tawa kumpulan catatan beliau selama menjabat sebagai CEO PLN. Tentang tantangan pendistribusian listrik, targetan-targetan untuk tiap cabang, dll. Buku seru yang membuat saya larut dalam haru, membacanya menjadikan seolah-olah saya merasakan apa yang dihadapi pak DIS dan jajarannya, berat pasti


150 menit sudah listrik padam. Hujan turun dengan lebatnya. Sejenak pikiran saya teralih, khawatir kalau rumah bocor.  Tapi entah kenapa saya masih saja teringat penggalan buku pak DIS, ah ini pegawai PLN mesti lagi sibuk, dan kepala-kepala cabangnya bakalan kena semprit,, ini lewat sangat jauh dari targetan yang tercantum di bukunya pak DIS.. ini masih pulau Jawa lho ya.. gimana yang diluar jawa sana? Hm,, apa sekarang udah beda lagi ya targetannya?


180 menit, kakak-kakak memberi kabar, jogja dan sekitarnya sudah menyala,, Cilacap kok belum? “sabar, antri ya, nyalainnya satu-satu” demikian kata kakak ketiga. Benar juga,, ber menit-menit kemudian akhirnya nyala juga,,


Well,, ternyata 3 jam-an tanpa listrik udah bikin bingung ya,, Saya jadi teringat obrolan sore tadi bersama pak suami tentang mahalnya biaya listrik. Mungkin kejadiaan ini bisa jadi pelajaran bersama. Untuk PLN berarti tantangan yang semakin besar, maintenance dan teman-temannya agar diperhatikan, sehingga targetan yang seperti tercantum di buku pak DIS dapat tercapai di seluruh cabang. Untuk pejabat daerah, kalau PLN mau bikin pembangkit jangan dibikin sulit. Untuk pejabat mana saja yang terkait pengadaan barang, kalau lewat lelang bolehlah cari yang murah yang penting kualitas. Dan untuk semua pelanggan PLN (sebagai pengingatan diri terutama) jangan hanya melulu ngeluh dan komplain, mungkin kita pun bisa sedikit berbenah. Anjuran 17-22 yang dulu ramai di iklankan dan anjuran hemat listrik tentunya sangat baik untuk kita terapkan.