Selasa, 30 November 2010

akhiran

Tiba-tiba teringat wanita muda itu. Wanita muda yang baru saja kukenal. Beberapa hari yang lalu,,

Matanya sembab. Habis menangis dia. Bagaimana tidak? Kondisi suaminya mendadak drop. Tingkat kesadaran menurun, koma. Dokter bilang gcs-nya e1v1m1.

Matanya sembab. Habis menangis dia. Bagaimana tidak? Tadi keadaan suaminya sempat membaik. Di ruang perawatan intensif itu, meski tak kuasa berkata, binar mata suaminya begitu cerah, seperti menampakan janji kehidupan. Jemari suaminya yang lama terkulai, dapat bergerak lembut membelai wajah sang istri.

Wanita itu. Matanya sembab. Lantas tergugu menahan isak. Tak diduga, dia bertanya "mbak, Allah sayang sama mas kan? Semoga Allah lekas hilangkan sakitnya, ah, mas itu orang baik, kalau sakitnya tidak benar-benar mas pasti tidak akan mengeluh.."

Terharu. Siapa pula yang tidak haru mendengar untai doa berjalin asa yang digantungkan ke langit? Terenyuh. Tapi aku tahu wanita itu tegar. Terbukti, dia langsung mengusap air matanya. Berdiri tegak, berkata tegas, mengulas senyum, lantas undur kembali ke ruang perawatan. Isaknya hanya sementara saja,,

Dan Allah nyatanya benar-benar mencintai orang baik, tak diijinkanNYA kesakitan itu terus dirasakannya. Allah memberikan tempat dimana dia tak lagi merasakan sakit, Allah memberikan tempat yang lebih baik,,

***

Ah, mana tahu kita masalah esok. Manalah ngerti kita apa yang akan terjadi? Hidup adalah kesempatan. Mati bagian dari perjalanan, layaknya pintu masuk. Batas keduanya jadi misteri. Misteri yang mestinya membuat semangat berbaik-baik setiap harinya..
Dan nasib? Nasib adalah kejutan,,

***

Semoga nantinya diberi kemudahan menutup lembaran hidup dalam kebaikan.
Akhir yang baik,,
Semoga..

Karna masing-masing kita pun tidak tahu bagaimana akhirannya nanti,,

Pelangi Hari


Indah. Indah. Dan indah. Rasa senang, gembira, timbul saat mata memandangnya. Meski berada pada langit yang bergelantung kelabu awan penuh muatan, juga rintik hujan.

Itulah pelangi. Indah, sebagai pengindah di masa suram.

Dalam kehidupan kita pun pastinya akan ada pelangi. Ada hal yang indah pun saat kita dalam masalah.

Tapi ingatlah, tidak dalam semua keadaan pelangi muncul. Tidak pada hujan yang begitu lebat. Tidak pula pada hari yang begitu kelam. Ada syarat. Ada sinar matahari yang terdispersi warnanya.

Hidup pun kemikian. Saat kau ingin datang pelangi di hari mu, jangan lupa datangkan sinar mentari dahulu. Tahukah kamu sinar mentari kehidupan itu apa?

Dia adalah semangat. Semangat berjuang yang tidak mengenal batas pemberhentian,,, semangat yang juga membawamu terus berbaik sangka atas pemberian-Nya,,,

Senin, 29 November 2010

mendadak juri

Ga nyangka, tiba-tiba ada adek kelas meminta jadi juri. lebih kaget lagi pas dia bilang juri lomba masak antar bidang di organisasinya. Wew,, kerjaan yang ga mudah sepertinya.

Begitu dateng ke lokasi, peserta sudah bersiap. Dan wow,, kreatif-kreatif. Sem

uanya memasak sesuatu yang baru. Dengan bahan basic berupa ubi. TOP semua deh,,, salut sama kreativitas juga

kekompakan semua timnya..

Masak daging semi tongseng


Yang ini ceritanya mau bikin buat makan siang, sayur lauk campur. Ga kepikiran sama sekali pengen untuk bikin tongseng, namun ternyata bentuk hasil akhir masakannya malah rada menyerupai tongseng. Jadilah dinamai masak daging semi tongseng :D

Tidak kalah simple dari masakan sebelumnya, cukup cincang bawang putih. Kemudian tumis sampai harum, masukan jahe, daun jeruk, daun serai, tomat iris, cabai merah yang sudah dialusin, dan daging. Aduk-aduk sampai daging berubah warna. Tutup dan tunggu sampai daging lumayan empuk. Selanjutnya masukan kecap manis, garem, sedikit gula jawa, dan merica halus atau bubuk, serta air. Aduk rata. Didihkan air samapai danging empuk. Masukan buncis potong panjang, aduk-aduk sampai buncis matang. Angkat, sajikan dengan taburan bawang goreng.

Tumis campur bumbu kuning


Berawal dari keinginan makan sayur ditengah ramenya lebaran haji kemaren, tapi males mau masak macem-macem, apalagi jenis masakan yang ribet dan susah. Akhirnya masak asal cemplung-cemplung,, dan jadilah tumis campur bumbu kuning,,

Disebut bumbu kuning, karena emang warnanya kuning. Soalnya pake kunyit. Komponen yang lain ada garem, gula jawa, bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, semuanya dalam ukuran secukupnya, alias cukup dikira-kira aja J. Nah abis bumbu-bumbu itu selesai dialusin, terus ditumis pake minyak dikit aja. Kayaknya sesendok makan aja cukup. Jangan lupa diaduk-aduk biar merata en ga gosong. Tambahin juga daun jeruk, serta daun serai. Abis tumisan bumbu tercium wangi, irisan daging dimasukin. Aduk-aduk rata sampe daging berubah warna. Tutup wajan.

Bikinnya gampang kan? Tapi ni belum selesai,, baru setengah jalan ini,,

Selanjutnya, setelah daging empuk, sayur-sayuran dimasukin (kemarin saya pilih labu ijo/ labu siem, dan wortel dipotong-potong dadu). Dimasak sampai empuk, menjelang diangkat masukan irisan besar daun bawang.

So simple kan?

Nah, karena memasak daging membutuhkan waktu yang lumayan lama. Biar proses memasaknya lebih cepet dan efisien waktu,, caranya sayur-sayur disiapin sembari nunggu daging empuk.

Senin, 01 November 2010

Harap pada Langit



hujan abu,,,

erupsi merapi,,,

tsunami mentawai,,,

hangat. Jadi perbincangan seru semua kalangan.

berita itu terus saja bergulir. Miris. Sedih? Tentu saja. Belum juga selesai masalah wasior, disusul tsunami mentawai, kemudian merapi, meningkatnya aktifitas sekian banyak gunung berapi, banjir ibukota,, sampai-sampai satsiun teve beranekdot bahwa negeri ini negeri 1001 bencana. Ah apa julukan itu tak terlalu berlebihan? Toh masih banyak kan yang sekarang ini masih bisa duduk nyaman, tidur tenang, makan enak, tanpa perlu banyak berfikir macam-macam? Tanpa dikelilingi kekhawatiran dan keadaan yang mencekam? Dan bahkan mungkin masih ada juga yang nyantai, dengan nyaman tanpa merasa bersalah memakan apa yang bukan hak-nya?

Saling tuding. Sudah biasa. Malah jadi luar biasa kalau berbagai pihak mau dengan berani mengungkap kekurangan dan kemudian dengan terbuka saling mengulurkan tangan, saling menguatkan. Yang ada masing-masing merasa paling benar. Ah ayo dong,, bareng-bareng… sama-sama berusaha sama-sama berdoa…

Di sisi lain, capek rasanya.. ada yang malah sibuk menghubung-hubungkan, sibuk mencari hal mistis. Ya sudahlah, ini semua cobaan, ini semua ujian,,, mau kapan pun juga kalau Allah sudah menghendaki ya jadilah sudah,,, ndak peduli sama tanggal yang katanya sama, ndak peduli apa bulan ini jumlah harinya ada berapa. Sudahlah, tak usah buang energy dengan yang begituan,, mestinya kejadian gini semakin menyadarkan bahwa kita ini jadi manusia jangan sombong. Kita ini cuman makhluk lemah… yak punya kuasa terhadap alam…

“maafkan kami yang terlalu seiring lalai, terlalu sering berlagak ‘sok’, terlalu mudah lupa akan segala karunia kenikmatanmu ya Rabb. Berikan kemudahanMu Rabb, hingga suatu saat nanti negeri ini akan beranjak menjadi negeri 1001 barokah”

Mozaik Lampu Merah



Lampu merah. Perempatan jalan. Mungkin itu tempat tersering yang kamu kunjungi dalam keseharian, ah tapi apa iya? Aku tidak tahu pasti, seperti biasa, aku hanya menduga-duga. Dan tepat saat lampu berganti rupa dari kuning ke merah, waktu yang selalu kamu harap, kamu berlari, nyengir, mencari target operasi…

“mbak makan,, minta buat makan…” memelas, kamu tunjukan wajah itu.

Jujur saja, aku bimbang. Aku tahu kamu memang perlu rupiah, tapi apa begini caranya? Tidak sulit memang mengulurkan keeping melati atau jalak bali, bahkan jika yang ku keluarkan hanya sebiji perak kakatua raja pun kamu pasti senang, segera kabur, lari ke pengendara selanjutnya. Tapi apa ini bijak?

Ah kamu ini masih anak-anak. Aku tak tahu bagaimana kehidupan bisa membawamu ke bawah terik jalanan. Apa itu pilihanmu? Atau ada yang menyuruhmu? Atau bahkan kamu merasa nyaman bersama debu jalanan karena rupiah mudah bergelincir ke tanganmu? Lagi-lagi aku tidak tahu..

Ya, kamu ini masih bocah kecil..

“sudah nggak sekolah, kan sudah lulus SMP. Sekolahnya sudah selesai,,” lugu jawabmu waktu itu, saat kutanya tentang sekolahmu. Masih dengan mimik nyengirmu, lucu. Aku pikir kamu ini anak baik. Saking lugunya, kamu menganggap sekolah itu cukup sebatas lulus sampai tamat es-em-pe, dan sudah. Persis sama kayak program pemerintah yang sering digembor-gemborkan : wajib belajar 9 tahun. Ah mestinya wajib belajar itu nggak cukup 9 tahun, mestinya lebih,, lebih,,, dan lebih,,, hm,, atau jangan-jangan kamu malah bingung buat apa sekolah? Jangan-jangan kamu putus asa dan beranggapan tidak ada guna sekolah?

Terlalu banyak persangkaan…

kepalaku penuh berbagai Tanya…

ah,, kamu ini masih anak kecil nak,,, maafkan aku nak,, bukan maksud berbuat jahat padamu. Bukan juga terlalu sayang terhadap koin-koin ku. Aku hanya berpikir, bahwa ini tak baik untukmu. Tak baik jika kemudian tertaman dalam benakmu, “mudah saja mengumpul rupiah, cukup menadahkan tangan, tak perlu lah yang namanya kerja”. Aku takut kamu jadi tidak mandiri. Aku takut kamu jadi ogah belajar dan bekerja dengan benar di hari-hari nanti. Aku takut jika kelak kamu akan lebih senang menggantungkan hidupmu pada pemberian orang. Dan aku lebih takut jika hari-hari mu yang begini, pelan-pelan membunuh mimpimu,,,

maafkan aku nak…
moga kelak engkau bertemu dengan hari-hari yang lebih indah, lebih berwarna dari yang sekarang ini. moga engkau mengerti,,,