Selasa, 21 Oktober 2014

Cerita sore: 3 Jam Tanpa Listrik

sumber: en.tempo.co

Tengah menikmati santapan sore dan tetiba mati lampu itu rasanya sesuatu. Masih beruntung tempat makan yang kami pilih semi outdor, sehingga acara makan tidak terselang oleh gelap. Bahkan akhirnya kami bisa melahap sajian sembari bercakap dan menikmati potongan cahaya senja.

Padahal hari ini adalah hari pelantikan presiden baru, hari pertama kok dihadiahi mati lampu ya..  

15 menit berselang, pegawai rumah makan belum berhasil menyalakan genset. Kebetulan juga hidangan telah habis disantap. Kami pun memutuskan pulang. Ternyata listrik di perumahan pun padam.

30 menit, masih gelap.  Alhamdulillah pak suami sudah mempersiapkan emergency lamp. Cukup untuk menerangi seisi rumah kontrakan.


60 menit berselang, listrik masih padam. Banyak notifikasi yang terlewat. Grup WA ramai dengan perbincangan ‘Oi, tempat kalian mati lampu ga?’ Juga  pertanyaan ‘No telp un
tuk lapor dan komplain PLN tu berapa ya?’ kemudian muncul  BC yang dipercaya bersumber dari FB PLN, intinya mengabarkan adanya gangguan IBT trafo di Ungaran yang menyebabkan 32 gardu induk padam. WOW,,


90 menit dan listrik masih padam. Jadi kepikiran ibu-ibu mesti mulai panik. Yang punya debay mungkin sedari tadi sibuk demi keselamatan stok ASIP. Yang punya balita pun mungkin tengah sibuk menenangkan anak-anaknya yang kegerahan.


sumber: goodreads
120 menit berlalu, dan masih padam. Jadi teringat, semasa SMA pernah membaca buku-buku karya pak DIS, belum semua tuntas dibaca memang, tapi diantaranya yang paling berkesan adalah Dua Tangis dan Ribuan Tawa kumpulan catatan beliau selama menjabat sebagai CEO PLN. Tentang tantangan pendistribusian listrik, targetan-targetan untuk tiap cabang, dll. Buku seru yang membuat saya larut dalam haru, membacanya menjadikan seolah-olah saya merasakan apa yang dihadapi pak DIS dan jajarannya, berat pasti


150 menit sudah listrik padam. Hujan turun dengan lebatnya. Sejenak pikiran saya teralih, khawatir kalau rumah bocor.  Tapi entah kenapa saya masih saja teringat penggalan buku pak DIS, ah ini pegawai PLN mesti lagi sibuk, dan kepala-kepala cabangnya bakalan kena semprit,, ini lewat sangat jauh dari targetan yang tercantum di bukunya pak DIS.. ini masih pulau Jawa lho ya.. gimana yang diluar jawa sana? Hm,, apa sekarang udah beda lagi ya targetannya?


180 menit, kakak-kakak memberi kabar, jogja dan sekitarnya sudah menyala,, Cilacap kok belum? “sabar, antri ya, nyalainnya satu-satu” demikian kata kakak ketiga. Benar juga,, ber menit-menit kemudian akhirnya nyala juga,,


Well,, ternyata 3 jam-an tanpa listrik udah bikin bingung ya,, Saya jadi teringat obrolan sore tadi bersama pak suami tentang mahalnya biaya listrik. Mungkin kejadiaan ini bisa jadi pelajaran bersama. Untuk PLN berarti tantangan yang semakin besar, maintenance dan teman-temannya agar diperhatikan, sehingga targetan yang seperti tercantum di buku pak DIS dapat tercapai di seluruh cabang. Untuk pejabat daerah, kalau PLN mau bikin pembangkit jangan dibikin sulit. Untuk pejabat mana saja yang terkait pengadaan barang, kalau lewat lelang bolehlah cari yang murah yang penting kualitas. Dan untuk semua pelanggan PLN (sebagai pengingatan diri terutama) jangan hanya melulu ngeluh dan komplain, mungkin kita pun bisa sedikit berbenah. Anjuran 17-22 yang dulu ramai di iklankan dan anjuran hemat listrik tentunya sangat baik untuk kita terapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar