Selasa, 23 April 2013

Dari Wanita ke Kerja

Ada rasa trenyuh, melihat tayangan 'hampir penutup' di liputan 6 petang edisi 21 April kemarin. Laporan khusus terkait Hari Kartini. Saya jadi ngeh, ternyata banyak ya pejuang-pejuang tangguh di luar sana. Sejurus saya jadi teringat cerita rekan saya, tentang kekagumannya pada Yu Nah. Pedagang sayur keliling di areal tempat kerja saya, seorang janda, 10 tahun sudah kepergian suaminya, tapi dengan semangat kegigihannya seluruh putra berhasil dikuliahkan. Luar biasa perjuangannya.

Ah, jadi pengen malu,,
Saya yang kerjanya gak perlu jalan jauh bolak-balik dengan bawaan sampai 20kg di punggung, juga tidak perlu bersusah-susah mencari batu untuk kemudian di pecah, tidak juga harus keliling kampung menjajakan dagangan kok ya masih banyak mengeluh. Meski take home pay yang saya dapat masih dalam angka minimal, tapi mungkin saya masih kalah dalam kesyukuran menerimanya. Kadang saya haru, menyaksikan binar-binar penuh makna sembari mulut penuh pujian saat serpih demi serpih rejeki mulai terkumpul.

Saya kembali teringat wejangan senior, 
Saat jemari saya kepayahan memegang sungkup sambil memompa, seorang senior bertanya "susah ya dek?",     tadinya saya kira beliau bertanya karena berniat menggantikan, ternyata bukan, beliau lantas melanjutkan "Dek, yang namanya kerja, apa pun kalau dirasa mesti berat. Susah. tapi setidaknya kita tidak perlu berpanas-panas di ladang, atau capai-capai mencangkul sawah".

Well,, benar juga,,
Kuncinya adalah nikmati dan syukuri,,

Mari belajar mencintai dan menghargai diri serta pekerjaan kita,,
Rejeki sudah Allah atur,, tinggal kita yang bergiat menjemputnya,,, :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar