Witing tresna jalaran saka kulina
Pepatah jawa yang sarat arti, kurang lebih memuat makna "rasa suka dapat timbul karena terbiasa". dan saya pun mulai mempercayai kebenaran pengertian ini
Dulu saya sangat membencinya. Begitu bencinya hingga apa-apa yang mengarah padanya pun tak saya suka. Pembicaraan dan pembahasan apa pun kalau menyangkut tentangnya terasa begitu membosankan. Hingga kemudian, perjalanan waktu dan nasib mengantarkan saya untuk terpaksa berakrab-akrab ria dengannya. Awalnya terasa sungguh menjemukan. Rasanya begitu berat dan begitu malas tiap akan bertemu. Namun secara perlahan rasa berat itu berangsur hilang, menipis, dan akhirnya hilang. Bahkan kini malah saya sering merasa membutuhkannya… ya, sekarang saya sering mencari-cari tahu tentangnya…
Yah itu sepintas kisah saya bersama anatomy. Ya, dulu saya benar-benar membencinya. Bahkan salah satu guru pengajar biologi yang menyampaikan mengenai anatomi secara sederhana pun terpaksa ikut-ikutan jadi sasaran kebencian saya (maaf banget ya pak,, muridmu nakal begini,, tapi untuk bahasan-bahasan lain saya sangat suka kok pak,,,- sayangnya yang menyampaikan guru lain, dan sayangnya lagi hampir semua bab yang diajarkan bapak ada bau-bau anatominya).
Perasaan tidak suka yang masih saja ada, membuat semester-semester awal kuliah di kedokteran terasa “huah” susah, sampai-sampai ibu saya selalu berpesan “dek, pelajarannya dibaca, diulang-ulang terus ya,, meski sulit, meski pake bahasa latin, dan meskipun adek ndak paham yang penting terus dipelajari ya,,,” hm,, super sekali,, beliau yang sudah sepuh paham juga sama dunisaya, padahal rasanya ak pernah cerita, dan jawaban formalitas yang sayaberikan saat itu “nggih,,,” tok, tanpa embel-embel.
Dan baru sekarang-sekarang ini saja terasa enak juga, dan terasa untung, meski belum sampai tahap cinta, rasa butuh tahu, butuh ngerti yang pelan-pelan menghadirkan rasa nyaman mempelajarinya. Beruntung saya termasuk yang tahan terhadap ‘guru sejati’ kalau tidak, mungkin dulu jaman sering praktikum tingkat ketidaksukaan saya bisa berlipat-lipat…
Ah, memang,,, rasa suka itu perlahan tumbuh,,,
So,, moral teaching yang saya dapet dari pengalaman ini adalah: berhati-hatilah sama hal-hal yang ‘biasa’ itu,,, (terutama dalam hal interaksi, pergaulan, dan sebangsanya). *wink*
Pepatah jawa yang sarat arti, kurang lebih memuat makna "rasa suka dapat timbul karena terbiasa". dan saya pun mulai mempercayai kebenaran pengertian ini
Dulu saya sangat membencinya. Begitu bencinya hingga apa-apa yang mengarah padanya pun tak saya suka. Pembicaraan dan pembahasan apa pun kalau menyangkut tentangnya terasa begitu membosankan. Hingga kemudian, perjalanan waktu dan nasib mengantarkan saya untuk terpaksa berakrab-akrab ria dengannya. Awalnya terasa sungguh menjemukan. Rasanya begitu berat dan begitu malas tiap akan bertemu. Namun secara perlahan rasa berat itu berangsur hilang, menipis, dan akhirnya hilang. Bahkan kini malah saya sering merasa membutuhkannya… ya, sekarang saya sering mencari-cari tahu tentangnya…
Yah itu sepintas kisah saya bersama anatomy. Ya, dulu saya benar-benar membencinya. Bahkan salah satu guru pengajar biologi yang menyampaikan mengenai anatomi secara sederhana pun terpaksa ikut-ikutan jadi sasaran kebencian saya (maaf banget ya pak,, muridmu nakal begini,, tapi untuk bahasan-bahasan lain saya sangat suka kok pak,,,- sayangnya yang menyampaikan guru lain, dan sayangnya lagi hampir semua bab yang diajarkan bapak ada bau-bau anatominya).
Perasaan tidak suka yang masih saja ada, membuat semester-semester awal kuliah di kedokteran terasa “huah” susah, sampai-sampai ibu saya selalu berpesan “dek, pelajarannya dibaca, diulang-ulang terus ya,, meski sulit, meski pake bahasa latin, dan meskipun adek ndak paham yang penting terus dipelajari ya,,,” hm,, super sekali,, beliau yang sudah sepuh paham juga sama dunisaya, padahal rasanya ak pernah cerita, dan jawaban formalitas yang sayaberikan saat itu “nggih,,,” tok, tanpa embel-embel.
Dan baru sekarang-sekarang ini saja terasa enak juga, dan terasa untung, meski belum sampai tahap cinta, rasa butuh tahu, butuh ngerti yang pelan-pelan menghadirkan rasa nyaman mempelajarinya. Beruntung saya termasuk yang tahan terhadap ‘guru sejati’ kalau tidak, mungkin dulu jaman sering praktikum tingkat ketidaksukaan saya bisa berlipat-lipat…
Ah, memang,,, rasa suka itu perlahan tumbuh,,,
So,, moral teaching yang saya dapet dari pengalaman ini adalah: berhati-hatilah sama hal-hal yang ‘biasa’ itu,,, (terutama dalam hal interaksi, pergaulan, dan sebangsanya). *wink*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar