“tante…. Ayo bikin kue…” ajakan Fani, keponakanku yang baru seminggu masuk SD. Belum juga dijawab, lansung dia mengambil mangkuk dan telur. “pokoknya mbak fani yang ngocok telur!”tiba-tiba adik kecilku langsung memecah kan telur, dan oops… hanya beberapa mili saja yang tepat mendarat di tempatnya. Yang lain? Sukses mengalir ke meja dan lantai dapur..
Itulah sepenggal kisah liburanku. Membersamai adik-adik kecil yang lucu. Dan kadang menggemaskan.
Menghadapi suasana seperti itu, sempat “kesel” juga. Tapi marah bukan penyelesaian. Dimarahi pun keadaan tak akan menjadi lebih baik, bahkan mungkin lebih kacau. Apalagi pengalaman anak-anak semasa kecil dapt mempengaruhi pembentukan sikap dan karakternya. Selain itu juga, kata psikolog, kalo anak dimarahi, sekian juta sel-sel otaknya akan mati… kasian kan??
Yah.. namanya juga anak-anak, belum begitu mengerti dan memang kemampuannya masih lebih terbatas dibandingkan kita yang sudah lebih lama merasakan udara bumi. Sudah seharusnya kita yang lebih tua yang mau mengerti mereka. Sebenarnya maksud anak-anak itu baik, kadang kita saja yang menganggap ulah anak-anak sebagai kenakalan.
Seperti yang dikatakan ust. Fauzil Adhim dalam sekapur sirih di bukunya “Bersikap terhadap anak” : Anak-anak semakin nakal atau orang tua semakin tidak sabar?
So… Be patient…
Simpulan yang kudapatkan yakni: anak adalah ujian. Ujian kesabaran buat orang tua. Juga orang yang lebih tua disekitarnya…
Yup. Mari kita belajar sabar bersama anak-anak :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar