Senin, 19 Januari 2009

surgery? oh no! I won't become a surgeon

sore tadi, sebuah sms mampir di handphone saya. dari ain,, smsnya cukup singkat, tapi merangkum banyak rasa didalamnya.

"rhie, kamu kena bedah. yang lain alhamdulillah ga kena, kecuali IPD, belum keluar..." begitu kurang lebih isinya. selesai membaca, ada beragam perasaan yang begitu saja muncul dalam hati. campur aduk. mungkin sampai seperti adonan kue, gabungan dari berbagai unsur yang menyatu...

Pertama, saya merasakan bahagia dan syukur. pelajaran lain berarti sudah berhasil dilewati, sudah lulus. meski nilainya berapa, saya juga belum tahu. mungkin masih dari keluarga karbon? entahlah. yang jelas saya benar-benar berharap, kali ini rantai karbon yang mejeng dalam KHS saya semakin pendek. meski saya menilai diri saya masih belum sepenuhnya maksimal dalam belajar, namun saya tetap berharap bahwa usaha saya bisa meluruhkan ikatan antar karbon-karbon yang selama ini sering nangkring di KHS. yah, nanti seberapa pun hasilnya tetap harus bersyukur. harus!

Kedua, ada harap-harap cemas yang masih tersisa. selama pengumuman interna belum dipajang, rasanya masih akan terus penasaran. apalagi bagi saya yang sudah pernah merasakan "tidak berhasil" dalam melahap interna 1 yang 4 sks itu. saya berharap, untuk semester ini saya bisa melewati interna tanpa perlu ujian ulang.semoga.

ketiga, perasaan sedikit agak sedih turut mewarnai hati. yah,, sedihnya cukup sedikit saja. bedah ternyata saya belum berhasil, dan saya diberi kesempatan untuk mengikuti ujian ulang. tentu saja saya tidak akan menyiakan kesempatan itu. saya pun berharap semester ini lulus semua pelajaran, tak terkecuali bedah. jujur saja, ketika mengingat proses menghadapi materi-materi bedah untuk persiapan ujian, saya merasa agak menyesal. entah, sedari awal, ketika mendapat kesulitan memahami ilmu bedah (terutama bedah orthopedi) sepertinya dalam diri saya ada reaksi penolakan. ada sugesti "biarlah,, toh saya ndak pengen jadi spesialis bedah". pikiran yang tentu saja tidak selayaknya muncul.

entahlah,, terkadang diri ini memang menjadi aneh..

kembali ke masalah bedah,, saya memang sedikit banyak menyesal. terlalu sedikit waktu yang saya pergunakan untuk mempelajarinya. dalam masa perkuliahan aktif jarang sekali saya membaca bedah. ketika minggu tenang, tak sedikit pun waktu saya luangkan untuk menyentuh handout dan catatan kuliah bedah. bahkan ketika jarak ujian bedah dan mata kuliah lain yang diujikan sebelum bedah berjarak cukup lama pun tak berhasil saya optimalkan untuk belajar bedah. bayangkan, bila ujian bedah dilaksanakan hari senin sedang ujian sebelum itu hari kamis. berarti saya punya 3 hari untuk bersiap. namun ternyata, waktu saya lebih banyak untuk hal lain, dan bahkan saya baru benar-benar belajar bedah ahad malam. pakai sistem ala pak dalang. tapi juga tidak sepenuhnya wayangan sih. daya tahan saya masih kalah dibanding pak dalang yang bisa memainkan wayang semalam suntuk, karena ternyata saya tidak bisa belajar terus-terusan semalaman. meski telah menegak kafein sekalipun. nyatanya, setelah menuntaskan secangkir moccachino saya malah bisa bertengger di pulau busa.

hm,, yasudah... yang sudah terjadi, biarlah terjadi. semua sudah menjadi bagian dari masa lalu.cukup dijadikan pelajaran saja. jangan malah memberatkan langkah. sekarang urusannya, yang paling penting adalah bagaimana menghadapi hari depan. bagaimana berusaha supaya mendapati esok yang lebih baik. dan bagaimana caranya saya bisa mencintai ilmu bedah dengan segenap hati...
---


Tidak ada komentar:

Posting Komentar