Rabu, 23 Februari 2011

Balada tukang kerupuk

Terik kota Solo, serasa memanggang kulit, menyepuh tembaga kepermukaannya. Enggan keluar rumah, apalagi berjalan kaki tengah siang. Namun tidak dengannya. Galah panjang tertopang di pundak, degan kantong besar dikedua ujungnya, penuh berisi bungkusan kerupuk. “ kerupuk,, kerupuk,,,” “kerupuk neng, seribuan,, krupuk,, krupuk seribu aja...” kata-katanya meluncur, mempromosikan barang jualannya.

Salut dengan si bapak,, begitu keukeuh berkeliling meski ditengah sengatan panas matahari. Yah, meski dianggap remeh banyak orang, dinilai sepele “Cuma jualan kerupuk”, tapi menurutku bapak itu sungguh luar biasa. Aku mencoba mengira-ira, dibalik kegigihannya ada sebentang harap untuk mengulas senyum anak-anak dan istrinya. Di balik perjuangannya ada senilai kerja, yang mesti tidak dipandang umum dengan predikat “keren” namun baik, thoyib, serta halal. Dan aku mencoba mengurai makna, dibalik kerjakerasnya, ada rasa tanggung jawab sebagai keluarga, kewajiban memberi nafkah, kewajiban yang juga bernilai pahala

Semoga Allah memudahkanmu pak…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar